Pentingnya Pendidikan Abjad Untuk Membentuk Langsung Siswa

Pentingnya Pendidikan Karakter Untuk Membentuk Pribadi Siswa -Pengertian Pendidikan abjad ialah suatu proses aktivitas berupa tindakan yang mendidik dan memengaruhi sifat sikap seseorang. Tujuan Pendidikan Karakter yaitu membentuk individu untuk menjadi tepat dan melatih kemapuan menuju kearah yang lebih baik secara terus - menerus.
Pentingnya Pendidikan Karakter Untuk Membentuk Pribadi Siswa  Pentingnya Pendidikan Karakter Untuk Membentuk Pribadi Siswa

Dalam Negara Indonesia Pendidikan Karakter sering diserukan utmanya pada sistem kurikulum pendidikan dari tingkatan dasar hingga sekolah menengah. Kurikulum tersebut dikenal dengan nama Kurikulum 2013 (KURTILAS). Dan kita ketahui bahwa dalam Kurikulum 2013 terdapat evaluasi Sikap yang dimana sikap siswa sehari - hari dinilai berdasarkam hukum evaluasi Kurikulum 2013.

Hal tersebut dilakukan untuk menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas dan memiliki sikap baik dalam bermsyarkat tidak mementingkan individu warga negara secara keselurahan.

Berikut ini terdapat suatu kisah dari sesorang yang belum terperinci profesinya namun tampaknya dia ialah seorang Guru. Dalam kisah tersebut dia menceritakan ihwal sifat kejujuran kepada muridnya. Sikap jujur ini diimplementasikan dalam evaluasi (Raport). Hasilnya sangat mengejutkan ketika Guru tersebut mengutarakan sifat muridnya sesuai sikap sehari - hari. Kejujuran tersebut bisa membangkitkan respon siswanya.

Untuk lebih jelasnya berikut ceritanya :


BU GURU, AKU BUTUH PENGAKUAN

By Rina April m.

Zaman-zaman saya jadi wali kelas bergotong-royong paling mumet ialah dikala mengisi nilai raport, lantaran saya termasuk guru yang tidak betah duduk lama. Namun demikian saya sangat menikmati dikala mengisi kolom 'catatan wali kelas'. Biasanya kebanyakan wali kelas mengisinya dengan simpel, kan. Seperti:

'Tingkatkan belajarmu'

'Pertahankan prestasimu'

'Dan lain-lain'

Lalu saya iseng menulis sebuah deskripsi berisi ihwal kelebihan siswa. Misal:

'Kamu anak yang cerdas, punya keingintahuan yang luar biasa, kalau kau bisa memanfaatkannya dengan baik suatu hari kelak kau akan menjadi pribadi yabg sukses.'

'Kamu anak yang aktif, suka hal-hal yang gres dan tidak pernah bisa membisu itu menunjukkan kau anak yang enerjik (ini untuk anak yang selalu ribut dan suka berkeliaran di kelas).

'Kamu anak yang sopan, baik dan pandai menjaga perasaan sahabat terutama guru' (biasanya anaknya pendiam).

'Kamu anak paling rapi dan bersih. Ibu dan teman-temanmu sangat menyukaimu lantaran hal itu.'

Dan masih banyak catatan-catatan lain yang saya sesuaikan dengan kepribadiannya masing-masing. Tidak sulit menuliskan kelebihannya alasannya ialah setiap anak memang punya kelebihan masing-masing, sebandel-bandelnya anak, kalau kita mau jujur niscaya punya kelebihan.

Bahkan saya pernah punya anak didik wanita yang omongannya kasar, hampir tiap hari melawan guru, jarang hadir, suka bolos, jangan tanya soal kemampuan belajar. Hasilnya hampir nol. Pokoknya hampir sulit mengungkapkan apa kelebihannya. Mungkin satu-satunya hanya ia terlihat cantik. Mirip Acha septriasa. Lalau saya tulis:

'Kamu anak yang cantik. Mirip artis Acha Septriasa. Ibu sangat mengidolakannya. Semoga ibu pun bisa mengidolakanmu sebagai siswa yang bisa berhasil ibarat Acha di suatu hari kelak.'

Hasilnya?

Mereka senyum-senyum GR membacanya. Karena mereka tahu itu jujur ihwal mereka. Yang pintar, yang (maaf) mungkin sering kita bilang bodoh, yang baik, yang bandel, yang pendiam semuanya tampak senang membaca ada dua baris kalimat pengukuhan ihwal diri mereka. Saya tidak dengar ada yang bahas nilai matematika, bahasa inggris dan lain-lain. Semua sibuk saling bertanya:

"Apa yang ibu tulis untukmu?"

"Catatan kau apa isinya?"

"Cieee, kau dibilang anak yang pemurah hati dan gak pelit. Tapi bener sih. Kamu selalu kasih minjam tipex ke aku."

Bahkan anak yang usil berkata:

"Ah, ibu wali kelas bohong tuh bilang kau baik. Baik darimana, dari Hongkong? Perasaan kau paling nakal di kelas."

"Enak aja, emang saya bergotong-royong baik kok, tapi tergantung gurunya."

Lalu di semester dua lantaran waktu mepet saya tidak sempat menuliskan deskripsi kelebihan mereka lagi. Saya pikir biasa aja. Tahu-tahu semua protes.

"Bu, kok gak ada catatannya?"

"Ah, gak seru Bu. Enam bulan saya cuma mau nunggu itu."

Bahkan yang juara satu berkata:

"Yaaah, padahal itu yang saya tunggu-tunggu, Bu. Kalau nilainya sih udah bosan lihatnya. Dan segitu-gitu aja. Kami kumpul lagi ya Bu raportnya, agar ibu isi catatannya."

Saya kaget. Di semester kemudian saya cuma iseng. Ternyata belum dewasa meresponnya lebih dari sekedar yang saya bayangkan. Mereka menginginkannya.

Akhirnya saya mulai berpikir dan mengambil kesimpulan sendiri bahwa belum dewasa lebih membutuhkan sebuah pengukuhan ihwal diri mereka daripada sebuah nilai. Mereka butuh kebanggaan yang jujur.

Saya justru takut selama ini belum dewasa didik saya bergotong-royong haus akan sebuah pengukuhan hal baik ihwal diri mereka. Sejak itu setiap jadi wali kelas selalu saya tuliskan ihwal kelebihan mereka. Dan reaksi semua murid selalu sama. Tampak bahagia. Senang. Dan bangga.

Bahkan saya mulai menerapkannya tidak hanya di catatan raport, tapi sebisa mungkin di setiap evaluasi soal. Atau dalam interaksi sehari-hari. Semisal lebih banyak mengajak mereka ngobrol (di luar dari pelajaran) kemudian diselipkan pengakuan-pengakuan kebaikannya. Misal:

"Eh, serius lho, Ibu paling suka tiap kali lihat kau habis jajan sampahnya eksklusif di taruh ke tong sampah."

"Entah kenapa Ibu kok besar hati ya punya murid kayak kau yang suka meminjamkan pulpen sama Tipe-X ke teman-teman. Pasti kau nanti akan jadi orang yang penolong."

"Ya ampuuun, bunyi kau lagi teriak di kelas merdu banget. Mau gak Ibu angkat jadi semacam Jubir Ibu. Kaprikornus nanti kalau ada apa-apa yang mau Ibu sampaikan, kau yang menyampaikannya ke teman-temanmu."
(Untuk hal ibarat ini, suruh yang paling ribut dan gak mau diam. Sehingga si anak merasa dipercaya bisa melaksanakan sesuatu sesuai kemampuannya).

Banyak lagi yang lain. Masalahnya terkadang kita terlanjur sewot dan dongkol sama anak yang bandel, hingga ogah rasanya mau muji-muji. Jangan, Bu. Mereka punya porsi yang sama untuk kita senangi. Punya hak yang sama untuk disayangi.

Saya tidak tahu apa tindakan ini sesuai dengan hukum manajemen kurikulum atau tidak. Atau mungkin juga banyak guru yang sudah melaksanakan hal serupa.

Hal ini bergotong-royong tidak hanya bisa diterapkan oleh seorang guru pada murid. Orangtua kepada anak juga bisa. Terutama ibu yang banyak berinteraksi dengan anak. Yuk mari yuuuuk ... kita lebih membuka diri membaca kelebihan sang anak dan tidak gengsi mengakuinya. Tidak melulu membicarakan kelemahan mereka. Kelebihan di sini bukan semata-mata ihwal prestasi ya, Bu. Melainkan cenderung ke sifatnya sehari - hari

Sangat mengejutkan hanya dengan menuliskan sifat pribadi masing - masing siswa di catatan wali kelas pada raport bisa menciptakan respon ekspresif. Hal ini sangat begus lantaran siswa mendapatkan info ihwal dirinya sendiri dan mereka mengeluarkan ekspresi.

Secara eksklusif info tersebut masuk kedalam memori otak dan merangsang mereka untuk berkespresi. Jika mereka mengetahui kebaikan dan keburukan dirinya sendiri mereka bisa berfikir untuk merubah catatan jelek di raportnya akibatnya mereka berusaha memperbaiki diri.

Cerita diatas sangat bagus dan cara yang dilakukan patut ditiru oleh Bapak Ibu Guru dalam pembelajaran sehari - hari. Memang anak jaman kini tampak begitu susah diatur dan disini seorang guru diuji kesabarannya. Namun perjuangan anda niscaya bertahap perjuangan anda akan membuahkan hasil. Seperti pepetah menyampaikan "Sekeras - kerasnya kerikil niscaya akan pecah kalau ditetesi air terus menerus"

Demikian sedikit motivasi tentang Pentingnya Pendidikan Karakter Untuk Membentuk Pribadi Siswa sebagai penyemangat sebagai Guru dan siapaun. Semoga infomasi ini sanggup bermanfaat bagi anda. Terima kasih

Sumber: emissimpatikazone

Belum ada Komentar untuk "Pentingnya Pendidikan Abjad Untuk Membentuk Langsung Siswa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel